YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Laman

Jumat, 31 Mei 2013

Panggil dia Susu Dangke

Rani benar-benar lelah karena keruwetan hari ini. Ini memang bukan yang pertama terjadi, tentang dimaki costumer sudah jadi makanan sehari-harinya di kantor, yang membuat hari ini benar-benar menyebalkan adalah tingkah sebagian rekannya yang suka seenaknya, atasan yang terlalu sibuk dan sering meninggalkan kantor untuk urusan bisnisnya yang lain, juga Ia yang tidak ingin mencari masalah dengan mereka kalau-kalau Ia adukan kelakuan mereka pada atasan. Hmm, sama saja cari musuhkan? Dan diam mungkin tindakan paling tepat, pikirnya.

Dan akhirnya Rani tiba dirumah, dengan muka di tekuk tentunya, mungkin mamanya sudah hafal, jika air muka sudah seperti baju lecek seperti itu, Ia sedang tidak ingin diajak bicara dulu, disapapun Ia tidak akan suka. Segera Rani menuju kamar, Diletakkan tas cokelatnya di meja lalu menghempaskan tubuhnya di kasur,
‘ahh, benar-benar perusak mood’ bisiknya. Untuk beberapa saat, Ia memejamkan matanya, mencoba bernafas dengan tenang, rekaman situasi panas di kantor tadi terulang kembali dikepalanya, kekacauan dan kepanikan itu membuatnya menggeleng keras. Ahh, kejadian-kejadian tadi harusnya tidak usah terlintas lagi, ketika Ia tiba dirumah Ia tidak ingin lagi mengingat hal yang berhubungan dengan pekerjaan.
Aku berusaha menghilangkan nya dan mengingat hal lain, apa saja yang jelas bukan itu. dan.. ‘Haloo.. Assalamu ‘alaikum..’ , suara itu. Matanya membelalak. Tatapannya seketika jatuh di langit-langit kamar. Napas yang tadi mulai menemukan ritme ketenangan, malah kembali tidak karuan dengan apa yang barusan terlintas. Suara itu, Sapaan itu membuatnya kembali teringat kejadian tadi siang di kantor, tapi ini bukan bagian dari perusak mood tadi. That’s is part of Susu Dangke.

Kau tau apalagi yang ditemukannya hari ini? Rani found his blog. Tempat dimana 'Susu Dangke' menceritakan lebih banyak lagi hal tentang dirinya dan hari-harinya. Rani tidak tau apa yang menyebabkan Ia selalu tertarik untuk mengorek hal apapun tentang orang itu. Rani merasa belum cukup puas dengan apa yang sudah diketahuinya selama ini. Padahal Orang itu bukan siapa-siapa bagi Rani, temanpun bukan, berkenalan pun tidak. Tapi apapun yang terjadi pada diri Rani sekarang, Ia membiarkannya saja. Membiarkan dirinya menikmati ketertarikan yang aneh ini. Karena, ada kebahagiaan tersendiri yang sulit  Ia jabarkan saat menatap senyum orang itu.

Setelah beberapa menit dihabiskan membaca semua isi blognya, She found one thing important. Nomor Handphone siapa ini? Tanyanya dalam hati siang itu. Nomor yang tertera tepat di sebelah foto pemilik blog, tidak mungkin ini nomor neneknya kan? Tanyanya lagi. Rani terhenti sejenak, Ia segera mengecek kontak di handphonenya dan mencari sebuah nama, setelah berkali-kali membandingkan, nomornya persis sama. Yah, nomor yang tersave di kontaknya ini adalah nomor contact person (CP) tempat dimana orang itu bekerja, di My Liberty. Dulu Ia mengambilnya dari brosur iklan, karena  Ia fikir kemungkinan salah satu nomor dari CP ini adalah nomor orang itu, Ia sempat putus asa saat dulu sempat mencoba menghubungi satu-persatu no.CP-nya dan hanya satu yang aktif dan yang mengangkatnya pun ibu-ibu, jelas itu pasti bukan orang yang Ia cari. Rani masih ingat hari itu, Ia menyamar jadi orang yang ingin melamar kerja di sana. Tebak Rani akan melamar sebagai apa? Bahasa inggrisnya saja belepotan. Dan mulai saat itu, Rani kecewa dan tidak mengubris lagi nomor-nomor itu. Tapi, dengan apa yang baru saja Ia temukan lagi di blog itu, sepertinya Tuhan memberiku satu jalan lain lagi. Rani menjabarkannya seperti itu. Ia yakin, nomor yang tertera di blog itu adalah milik pribadi orang itu, dan Rani segera membuktikan tebakannya.

            Tanpa ragu lagi, Ia mengangkat gagang telfon kantornya, apa lagi yang  Ia tunggu? Ini saat-saat yang dinantinya sejak dulu. Mengobrol dengan 'Susu Dangke', ah, kata 'Mengobrol' kedengarannya terlalu berlebihan, mendengar suaranya saja bagi Rani sudah cukup. Lagipula, Rani akan mengobrol apa? Kenal saja tidak. Nah, ajak kenalan aja! Ide ini terlintas tiba-tiba di kepalanya. Apa-apaan! Tidak sanggup Ia membayangkan dirinya menelfonnya lalu berkata ‘haloo, ini anto ya? Ah, bukan? Masa sih? Jadi ini siapa dong? Tau nama boleh kan? Aku dapet nomer kamu dari temenku. Nak mana nih? Masih skul? Nomernya boleh ku save kan? Kalo aku sering nelfon, gak ada yang marahkan?’ dengan suara yang sangat dipaksa terdengar manis. ahh, tidaaaakkk!!! Obrolan keji macam apa itu. Buru-buru Rani hapus imajinasi aneh itu, seperti mimpi buruk saja.

Kembali ke gagang telfon, Rani kemudian mulai menekan angka-angka nya, sempat terlintas bahwa nomornya tidak aktif lagi sama seperti saat Ia menghubunginya dulu, tapi sedetik kemudian nada sambung terdengar. Rani menelan ludah. Jantungnya berdebar kacau. Satu-satunya yang membuatnya panik adalah Ia belum mempersiapkan apa yang akan Ia katakan. Mencari akal di saat-saat telfon sudah tersambung seperti ini tidak ada gunanya, yang ada malah ‘Haloo.. Assalamu ‘alaikum..’ , suara di seberang sana menghentikan kepanikan Rani, menjadi tegang.
Sejenak Rani bersyukur bukan suara ibu-ibu lagi tapi suara Pria yang terdengar ramah.
Seperti.. ‘Haloo.. Assalamu ‘alaikum.. Haloo..’’
Juga terdengar santun, ceria, nyaring-nyaringnya terdengar lucu. Mata Rani perlahan berbinar, ini suara 'Susu Dangke, Ia yakin ini 'Susu Dangke'nya. "Yah, ini suaranya, Aku yakin Susu Dangke yang menyapaku di seberang sana." Teriak Rani dalam hati,
‘Haloo.. Halooo..’, Suara itu menyapanya lagi, ini sudah sapaan yang ketiga dan Rani masih membisu. Speechless, kaget, panik, tegang dan senang, semua bercampur aduk hingga semua hanya bisa tercekat di tenggorokan Rani. Isi otaknya pun kosong, kehilangan ide. Rani mendengar hatinya menggerutu, ‘ayooo.. bicaralah.. kapan lagi kamu punya kesempatan ini? Bicaralah apapun. Apa saja. Ayo, buka mulutmu Rani..’
Tapi yang kenyataannya malah mulutnya hanya mengatup-atup tidak jelas.
‘Haloo…’ sapaan dari seberang lagi disusul bunyi telepon terputus menggema di telinga Rani. 'Susu Dangke' mematikan telfonnya. Rani tertegun. Perasaanku mencelos. Diletakkan gagang telfon dengan perasaan kecewa. Ini berlangsung bahkan tidak lebih dari 1 menit, singkat sekali. Tapi wajar saja, siapapun pasti akan megakhiri panggilan konyol seperti itu.

Kembali ditatapnya blog yang sedari tadi Ia bedah, Ia merasakan seulas senyum mengembang di hati kecilnya. Bagi Rani, mungkin untuk orang yang tak dikenal seperti dirinya, Ia hanya orang asing yang sedang nekat dengan ide bodohnya. Mendengar suaranya sesingkat tadi sudah cukupkan? Batinnya menghibur diri, Ia tidak perlu berharap untuk bisa mengobrol apalagi akrab dengannya, tidak. Hmm, yah, disinilah sisi menyedihkan dari cerita ini. Haruskah Rani menyebutnya its such a pathetic story? Senyum tadi pun berubah kecut, sekecut perasaannya.

Rani mengerang di kasur, pikirannya menerawang lagi, mencoba memutar kembali memori di kepalanya, apa-apa yang sudah Ia rekam saat membaca blog orang itu. Selain suara yang masih bisa Rani ingat sampai malam ini, Ia ingat perasaannya meletup-letup ketika Ia membaca postingan tentang pengalaman bahagia dan sedih 'Susu Dangke', serta foto-fotonya di setiap masa.  Foto jadul orang itu benar-benar lucu, dan akhirnya Rani memiliki satu. 'Susu Dangke' di masa kanak-kanak.

Semasa remaja, rambut Si Susu Dangke di pirang karena sempat tinggal di USA, New York saat ada pertukaran pelajar di sekolahnya dulu, di IMMIM PUTRA. 'Susu Dangke' sudah cinta Bahasa Inggris sejak dulu, foto-fonya menggambarkan itu semua dan kebanyakan berada di sebuah seminar bersama beberapa Bule berpakaian rapi. Rani juga melihat foto keluarga berkebangsaan Amerikanya di USA, foto di meja makan bersama seorang Ayah, Ibu dan 3 orang bule seusia 'Susu Dangke' saat itu, foto bule ibu-ibu itu tidak asing dilihatnya, Wanita itu adalah orang yang biasa di panggilnya bunda Melissa, Melissa Armes. Rani tahu, selain suka basket, 'Susu Dangke' juga suka jalan-jalan. Orang itu sering ke berbagai daerah di Makassar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan bermanfaat dan  paling sering mengunjungi daerah Bantaeng. ' Susu Dangke' orang yang gokil, terlihat dari caranya berpose di kamera.

'Susu Dangke' kecil memang sudah hebat, sudah membanggakan, sudah mempunyai senyum yang ceria dan Rani benar-benar senang mengetahui itu. 'Susu Dangke' adalah sosok yang penuh semangat di mata Rani, sosok yang tidak pernah mengeluh, pekerja keras, selalu optimis, mencintai agama dan pandai mensyukuri apapun. Sosoknya seperti sebuah spirit untuk Rani, seperti lilin, seperti… Orang itu selalu mampu memperbaiki suasana hatinya, seperti sekarang. Hanya dengan mengingatnya saja membuat Rani selalu sadar bahwa hidup ini tidak harus dilewati dengan amarah dan rasa kesal. Karena akan lebih indah jika kita tenang dan coba tersenyum, seperti senyumnya. hmm, Rani bahagia mengenal 'Susu Dangke'. Kini, mau seperti apa dan bagaimana selanjutnya antara Ia dan bayangan 'Susu Dangke', entahlah. Yang pasti sekarang Rani jelas tau, bahwa hatinya bahagia dan Ia akan terus menikmati itu dengan caranya.

Untuk moodnya yang rusak hari ini, Terima Kasih untuk senyumanmu yang memperbaiki. Bisiknya dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar