Langkah sepasang kaki dengan
sepatu berpoles pink-grey membabi buta menyusuri sisi lapangan
olahraga pagi ini. Matahari bahkan masih enggan membias cahaya, tapi sang
langkah tak sekalipun terhenti dari pelariannya. Di tengah pancaran mentari
yang masih ragu-ragu, ujung jilbab orange yang terjuntai di bahu, beterbangan di halau angin. Laju
langkah yang semakin menggila itu tak peduli akan halang dan sandung. Bahkan
jika pun harus terhempas ke tanah tak masalah, rasa pilu di dada kini lebih
sakit dari sekedar luka gores di kulit. Semakin kencang dan semakin kencang, berharap
pelarian ini menerbangkan tapak, hingga tak lagi menyentuh tanah.
Ya, sepasang derap
memburu itu milikku.