YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Laman

Rabu, 25 Februari 2015

Hujan malam minggu

Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Guyur hujan membasahi tanah malam ini. Mungkin wujud dari doa-doa picik para jomblo di malam minggu, begitu kata orang kebanyakan. Mungkin juga termasuk doaku, yang memerlukan alasan untuk tak pulang dulu dari tempat kursus, tempat aku dan kau mengajar. Karena hanya di tempat ini, aku bisa berlama-lama bersamamu, menikmati senyum hangat dan tatapan teduhmu.


“Malam.” Seperti biasa, kau menyapaku ramah. Sapaan yang selalu berhasil melukis pelangi dalam dadaku. Kupikir hujan sengaja menjebak kita di tempat parkir kali ini.

Aku membalas sapaanmu dan berbasa-basi menanyakan kelas mengajarmu. Dan tak kusangka basa-basiku malam ini berujung pada ajakan makan malam darimu. Sedikit tak percaya, namun saat tapak kita telah berada di sebuah rumah makan tepat di sebelah tempat kursus, aku tahu ini bukan sekedar mimpi.

“Aku mau pesan ayam goreng rica. Ibu Fita mau ayam goreng juga atau yang lain?”Tanyamu. Aku mengangguk, ikut menyamakan pesanan. Bukan asal menyamakan, namun aku memang selalu digeluti rasa penasaran tentang apa-apa yang kau sukai juga kebiasaanmu lainnya.

Selama menyantap makanan, kita hanya membicarakan hal-hal yang biasa saja. Tentang profesi kita dan murid-murid kita, tanpa kau tahu ada beribu barisan kalimat yang ingin kubicarakan lebih dari ini.

Seberes makan, aku memandang keluar jalan melalui dinding transparan rumah makan. Langit malam mingguku kali ini menyala bagai lampu-lampu di sepantaran jalan-jalan tengah kota. Langit tak lagi menitikkan bulirnya, gerimis yang singkat menggagalkan harapanku untuk sekedar berbincang lebih lama dari biasanya denganmu.
Tapi setidaknya aku cukup bahagia. Ya, Bahagia. Hanya kata itu yang berulang-ulang menggema dari dalam hatiku.
Aku melirikmu yang sedang sibuk mengutak atik ponsel. Sejenak kunikmati pemandangan yang telah lama kupuja. Pemandangan yang masih sama acuhnya. Pemandangan yang sebentar lagi berlalu.

Benar kan, saat kau sadari hujan mereda, kau segera mengajakku pulang. Kita akhirnya berpisah di tempat parkir.

“Terima kasih Pak Dani untuk makan malamnya.” Ujarku saat kita telah berada di atas kendaraan masing-masing. Aku di atas motor maticku, dan kau diatas motor besarmu.

“Sama-sama.” Sahutmu

“Lain kali, aku akan membalas seporsi ayam gorengmu. Bisa kan?”Tanyaku sambil menyeringai lebar. Sungguh aku tak mampu menyembunyikan bahagiaku.

“Tidak usah dibalas, biar aku yang mengajak ibu makan bersama lagi." Hatiku seperti melompat keluar mendengar jawabanmu. Harapanku terbang bebas menembus langit.

"Kita ajak bapak ibu yang lain juga, biar rame, hehe."Lanjutmu.

"Aku duluan ya."Kau pamit sambil melambaikan tangan.
Aku tersenyum kecut menyaksikanmu berlalu. Harapanku seketika menguap di udara.

Untuk hujan yang sempat singgah, terima kasih untuk malam minggumu yang langka.
Aku sadar, mustahil malam minggu ini akan berulang. Sekalipun harapku sama sekali tak letih untuk terulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar