“Ra.. boleh aku bertanya sesuatu?”
“Silahkan.”
“Pertanyaan ini sudah lama ingin kutanyakan, tapi aku
menunggu saat yang tepat untuk mengatakannya.” Fatir menatap lamat-lamat gadis dihadapannya.
“Langsung ke intinya.”
“Begini, kamu pernah bilang, kamu berharap seseorang bisa
membawamu pergi dari kehidupanmu sekarang?”
“Ya.”
“Dan kamu pernah bilang, kamu bersedia melakukan apapun
untuk orang itu?”
“Apapun.”
“Kalau begitu, menikahlah denganku.”
“Menikahlah denganku, karena aku akan membawamu pergi
dari sini.” Ulangnya.
Gadis yang duduk dihadapannya masih membisu. Tatapannya sarat akan seribu makna.
“Maaf membuatmu terkejut. Mungkin kamu belum siap
mendengar pertanyaan seperti ini sekarang. Mungkin bagimu ini terlalu
terburu-buru. Beberapa kali aku berpikir sebelum menyampaikan ini, hingga
akhirnya aku memutuskan untuk bertanya sekarang. Aku tidak punya banyak waktu
lagi di sini, aku harus kembali ke Korea bulan depan. Aku harap kamu bisa
mempertimbangkan aku. Aku tunggu jawaban kamu.”
Gadis itu masih dalam diamnya.
“Istirahatlah. Jangan berpikir terlalu keras. Aku pamit
pulang dulu.”
“Aku bisa menjawabnya sekarang.”
Fatir yang telah beranjak dari kursinya, kembali terduduk.
“Aku tidak memaksamu menjawabnya sekarang, Ra. Aku
mengerti, pertanyaan seperti ini harus kamu pikirkan baik-baik sebelum
memutuskan.”
“Aku bersedia.”
“Apa? kamu serius?” Seru Fatir.
Gadis itu mengangguk sambil tersenyum.
“Aku akan membawamu pergi, Ra. Kita akan memulai semuanya
di Korea.”
"Kamu bersedia menungguku kembali?"Tanya Fatir sekali lagi.
"Seribu tahun aku akan menunggu. Asalkan selama itu pula kamu bersedia menerima keadaanku?"
"Mungkin tidak seribu tahun. Seumur hidup mungkin cukup bagiku."
"Terima kasih, Fatir." Kalimat terakhir yang di tulis Rani di atas kertas basah oleh airmatanya sendiri.
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com #TiketBaliGratis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar