YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Laman

Sabtu, 28 Maret 2015

Anggap saja



Anggap saja aku sahabat yang sedang mengingatmu kembali. Anggap saja aku orang asing jika seperti ini adanya kita sekarang. Anggap saja kita tak pernah saling mengenal sebelumnya jika bisu kini menjadi pilihan kita. Anggap saja.


Anggap saja aku sedang bercanda saat kuakui aku merindukanmu. Bisakah kau anggap aku sedang berlelucon saja? Jika kukatakan aku menunggu kabarmu, juga bertanya-tanya apakah kau baik-baik saja, anggap aku hanya sedang berbasa-basi. Saat aku memandang langit di atas sana, itu pertanda aku sedang menyapamu, seperti malam ini, tapi kau anggap saja aku sedang iseng.

Pelupukku basah, ada linangan yang bergantian jatuh, ada sesak yang sedikit-sedikit menyeruak perih, aku tahu ini akibat dari sebuah keputusan. Tapi aku baik-baik saja, anggaplah seperti itu.

Pendar gemintang, betapa aku sulit melepas pandangan darinya. Sama sulitnya aku mengabaikanmu. Dan kau, anggap saja semua begitu mudah untuk kulupakan.

Kau tahu, hidupku kini lebih ramai dibanding kemarin saat kita masih rutin berbalas tanya, selepas bisu kita, aku kesana kemari mencari bising, membunuh rindu dengan berbagai rutinitas yang kulahap habis-habisan. Hingga aku tak punya waktu menoleh kearahmu barang sedetikpun. Anggap saja kini aku berhasil melakukannya.

Mengagumkan sekali menyaksikan ego sepasang manusia bertarung dengan tangguhnya. Saling membekap mulut, mencekik kerongkongan dari ribuan kalimat yang ingin terlontar. Sapa, acapkali terkesan sangat murahan untuk dilakukan sebagian orang. Akupun tak tahu mengapa hal-hal miris harus menjadi pilihan seseorang untuk terlihat berharga diri tinggi. Rela menjadi pemendam walaupun ringkih hati tak bisa disamarkan. Apa kau sepaham denganku bahwa kita pun adalah petarung? Atau hanya aku saja sedang kau ada di kursi penonton, diam-diam asyik menertawakanku? Kebetulan, aku rasa aku memang hanya badut bagimu, sejak pertama aku sadar, kau meremehkanku dengan keramahanmu. Lewat kedua matamu yang amat kupuja, aku tahu kau menyimpan banyak rahasia disana dan kau memanfaatkan senyummu untuk mengalihkanku darinya. Serta merta aku melepaskan perasaan yang selama ini kujerat di palungku yang paling dalam. Rasa itu terbang bebas, enggan kau gapai. Rasa itu lalu jatuh berserakan dan kau tak jua sudi memungutnya. Terakhir kau mengaku tak tahu apa-apa soal itu. Bolehkah aku tertawa sekarang sambil mengucapkan kalimat, “Kau telah menipuku dengan cara yang indah.”? Benar, anggap saja ini indah.

Tanpa sempat menanyakan mengapa kau tega melakukan ini versi dramaku, aku bersyukur tak diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menciderai harga diri yang harusnya kujaga, begitu kata logikaku. Anggap saja aku memang selalu patuh pada logika.

Hembusan angin menyeka bulirku. Jemariku bahkan tak peduli lagi akan pipi yang basah. Semenjak ia tak mampu menggerus tumpah ruah airmatamu lagi, ia juga abai akan tangisku sendiri. Inikah wujud protes sang hati? Tampak semenyedihkan ini anggap hanya akting belaka.

Apakah aku sempat terlintas di pikiranmu baru-baru ini? Atau mungkin kemarin? Dua hari yang lalu, seminggu lalu bagaimana? Samasekali tidak? Tak masalah. Aku tak berharap untuk diingat-ingat lagi. Anggap saja tak ada hujan sekalipun tanah banjir kecewa hingga aroma petrichor terbangun dan menyakiti penciuman para perindu.

Lalu tentang do’a. Aku tak pernah tak memunajatkan kebaikan untuk orang-orang yang kusayangi setiap waktunya. Kau diantara nama-nama itu? Kau bukan siapa-siapaku jadi mana mungkin. Anggap saja tak mungkin.

Tanpa kuminta untuk membiarkan bisu kita selamanya, kaupun akan membiarkannya bukan? Setiap kali ada rindu meranggas harus segera kita pangkas, begitu kan? Esok pagi, akan kupastikan rindu ini redup bersama bintang. Mari teruskan tingkah kita yang tak memedulikan satusama lain.
Dari sudut jelaga, pernah kupinta kau berjanji untuk tak bersedih lagi. Janji yang tak boleh kau tanggalkan walau sebatas anggapan.

Aku bahagia. Sungguh, meski tanpamu anggap aku bahagia.

Dan juga,

Anggap saja aku tak pernah menulis ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar