YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Laman

Minggu, 01 Maret 2015

Surat pengakhir kisah


Ini surat dariku,
dari wanita untuk wanita yang diceritakan penulis dalam “Bintang untuk Fiersa.”

Surat ini tak jauh dari pembahasan tentang Fiersa, pria yang sering didengung-dengungkan namanya dalam cerita. Sosok pria yang harus ditempa kepelikan hidup juga sepi yang menyesakinya. Namun sisi baiknya, dua nama yang disisipkan penulis diam-diam menyematkan noktah cinta yang menuai tulus. Bahwa tetap di sisinya adalah cinta meski tak memiliki. Bahwa merelakannya bersama yang lain adalah cinta meski tak terungkap. Satu nama wanita itu kini bersama-sama Fiersa menjalankan usaha kedai kopi, dan satu nama wanita lagi menghilang tanpa menitipkan pesan dan berpamit sebelumnya pada Fiersa.

Aku, wanita yang cukup dekat dengan Fiersa, juga menyayanginya lebih dari seorang teman, begitulah penulis mengisahkanku. Teman yang ikut larut dalam kesedihan yang menimpa Fiersa kala itu. Seperti tak ingin sesuatupun melukainya lagi, aku mencoba menghadirkan bahagia dalam kedukaannya. Aku tahu, kehadiranku yang amat sangat berarti akan mengkikis pilunya. Aku meyakini itu awalnya, sampai aku tahu, aku bukan lagi satu-satunya wanita di sisi Fiersa.

Wanita lain itu kau.

Getir kurasakan, menyadari ada sorot mata yang lain dari Fiersa saat menyebut namamu. Cemburu. Rasa itu menyerangku. Rasa yang tak lazim untuk kutujukan pada Fiersa. Aku bukan siapa-siapa lelaki itu. Hanya seorang teman wanita yang amat ahli menyembunyikan cinta yang salah. Meskipun dalam, meskipun jujur, sebagaimanapun aku membenarkan cinta ini tetap saja salah. Jika saja takdir tak memposisikanku seperti ini, sungguh mati aku takkan rela pelukan Fiersa melabuh padamu. Tidak. Tidak akan. Posisiku sebagai seorang teman yang harus tetap menjadi teman bukan banding-bandingan lagi denganmu. Secuilpun kau takkan bisa menandingi bongkahan rasa cintaku padanya. Bongkahan yang selalu utuh. Tak berkurang sedikitpun. Kuakui, mungkin aku terlalu serakah mencintai Fiersa. Tapi sungguh, terlepas dari semua itu, kaulah yang lebih pantas di sisi Fiersa.
Kau bingung apa maksudku?

Untuk itulah surat ini datang padamu, untuk menyampaikan pinta juga menjawab seribu tanya yang lahir dari hati seorang wanita. Surat inilah yang akan menjadi epilog dari kisah setia sang bintang dalam menyinari kekelaman hidup Fiersa.

Ketahuilah, bahwa pada akhirnya keserakahan cinta yang kupunya hanya akan melukai Fiersa, dan aku tak ingin ia terluka lagi karenaku. Sudah cukup dalam aku menohokkan belati ke jantung lelaki yang kusayangi itu. Dukanya sudah terlalu pekat untuk kukelami lagi. Cukup. Cukup dirimu saja yang berdiri disana, di sisinya.
Karena aku dan kau sendiri tak pernah bertemu samasekali sebelumnya, aku khawatir surat ini akan salah arah karena kurangnya informasi yang kuketahui tentangmu. Bayangkan apa yang akan terjadi jika surat ini tak kau baca? Selamanya kisah ini akan menggantung di angkasa.
Dan setelah surat ini sampai di tanganmu, mungkin aku sudah jauh melangkah pergi dari Fiersa.
Berjanjilah padaku untuk tak meninggalkannya. Aku takkan tanya apakah kau mau berjanji atau tidak. Bagiku, tak ada penolakan untuk ini.
Ia tak punya siapa-siapa lagi selainmu. Aku tahu, ia kehilangan cahayanya kini. Kembalilah segera, Fiersa amat merindukan nebulanya.

Begitulah penulis menyebutmu sang nebula, sedang aku wanita berpermata indah di jari manis. Kau lebih bisa leluasa mencintainya dibandingku. Aku hanya masa lalu Fiersa yang kini menjadi masa depan pria lain.
Kisah ini tak berakhir bahagia. Untukku.


-Alika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar