YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Laman

Rabu, 18 Maret 2015

Resiko jatuh cinta

Mobilku menepi di depan supermarket tak jauh dari rumah gadis di sebelahku. “Nafiya, atau Naf saja.” Begitu gadis itu berujar tiga bulan lalu saat pertama kali kami berkenalan di sebuah warung cepat saji. Senyumnya hari itu kuanggap sebagai sapaan yang membuat langkahku mendekat menuju mejanya. Pertemuan yang kami sebut takdir.


"Es cream yuk?”Ajakku. Naf menggigit bibir. Kebiasaan Naf setiapkali ingin menolak selalu saja seperti itu.

“Aku capek. Pengen cepet pulang, pengen istirahat.” Keluhnya.

Batinku mendecak. Tidak. Tidak lagi kali ini. Terlalu sering ia menolak ajakanku belakangan ini. Komunikasi kami sempat melonggar selama beberapa minggu dan aku tak tahu apa penyebabnya. Naf berubah acuh di tengah-tengah kebersamaan kami yang mulai membiasa.

“Yaudah kamu tunggu di mobil aja, biar aku yang ke dalem beli es creamnya. Bentar aja kok.”

“Tapi, Rif.."
Aku keluar dari mobil tanpa menunggu kelanjutan kalimatnya. Malam ini semua harus selesai. 

“Kok lama banget?”Wajahnya sudah tertekuk saat aku kembali dan menyodorkan Cornetto padanya.

“Gue lama ya? Lamaan mana loe diemin gue beberapa hari ini?”Sindirku seketika memerahkan wajah Naf. Entah itu polesan malu atau geram. Naf tak menyahut dan membuang pandangannya keluar jendela. Satu lagi diantara sekian banyak kebiasaan Naf yang sudah kuhapalkan.


Naf hanya sibuk memandang es cream yang belum ia lahap. Klik. Kutekan tombol pada car mp3 playerku.

Kuingin menunjukkan cintaku
Oh kepada belahan jiwaku
Tlah lama kumenanti waktu
Untuk mengungkapkan isi hatiku                                   

Lantunan lagu Ran mengisi rongga-rongga mobilku dengan gelembung hati. Semuanya memang sudah kupersiapkan rapi. Misscommunication antara aku dan Naf kemarin kuisi dengan berbagai terkaan. Mungkin, mungkin, mungkin.

Darahku berdesir tak karuan saat kucoba menantang sorot matanya yang selalu tajam.
"Gue suka sama loe. Sorry kalo.." Naf segera membuka mulut dan memotong kalimatku.

"Rif, kita bisa enggak berhenti sampai disini aja? Sandiwara ini udah selesai. Loe enggak harus jatuh cinta beneran sama gue. Sekarang gue udah baikan sama Deo."

"Jangan salahin gue Rif, dari awal gue udah kasi tau loe tentang resiko dan loe nyanggupin buat ngebantu gue " Lanjutnya.

"Loe enggak usah panik gitu Naf. Kalo gue nyatain perasaan gue bukan berarti gue harus milikin elo. Gue paham resiko jatuh cinta gimana. Dan untuk dipatahin, gue juga udah terbiasa untuk itu."Sahutku.

Sejak awal aku tahu, semua akan berujung pahit. Sepahit kemarin.
 
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar